Kota Cirebon adalah salah satu
kota yang berada di
Provinsi Jawa Barat,
Indonesia.
Kota ini berada di pesisir utara
Jawa atau yang dikenal dengan jalur
pantura yang menghubungkan
Jakarta-Cirebon-
Semarang-
Surabaya.
Geografi
Kota Cirebon terletak pada
6°41′S 108°33′E / 6.683°LS 108.55°BT / -6.683; 108.55 pantai Utara
Pulau Jawa, bagian timur
Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk
dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah
Kota Bandung dan 258 km dari arah
Kota Jakarta.
Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara
Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 3.754 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).
Wilayah Kotamadya Cirebon Sebelah Utara dibatasi
Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal,
Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi
Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi
Laut Jawa.
Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran.
Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya
Sungai Kedung Pane,
Sungai Sukalila,
Sungai Kesunean, dan
Sungai Kalijaga.
Iklim
Kota Cirebon termasuk daerah iklim
tropis, dengan suhu udara minimum rata-rata 22,3°C dan maksimun rata-rata 33,0°C dan banyaknya curah hujan 1.351 mm per tahun dengan hari hujan 86 hari. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus.
Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musin hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.
Keadaan angin terdapat tiga macam angin :
- Angin Musim Barat : antara Desember sampai Maret
- Angin Pancaroba : antara April sampai Nopember
- Angin Musim Timur : antara Mei sampai Oktober
Etimologi
Cirebon dikenal dengan nama
Kota Udang[3] dan
Kota Wali. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai
Caruban Nagari (penanda
gunung Ceremai).
[4] Sebagai daerah pertemuan budaya
Jawa dan
Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa,
bahasa Sunda dan
Jawa.
Nama Cirebon berasal dari kata
Caruban,
[5] dalam
Bahasa Jawa yang berarti campuran (karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya
Sunda,
Jawa,
Tionghoa, dan unsur-unsur budaya
Arab) atau bisa juga berasal dari kata
Ci yang artinya
air atau
sungai dan
Rebon yang artinya
udang dalam
Bahasa Sunda (karena udang merupakan salah satu hasil
perikanan Kota Cirebon).
Sejarah
Balai Kota Cirebon (1927)
Keberadaan kota ini tidak lepas dari sejarah
Kesultanan Cirebon, kemudian pada tanggal
7 Januari 1681 Cirebon secara politik dan ekonomi berada dalam pengawasan pihak
VOC, setelah penguasa Cirebon waktu itu menanda tangani perjanjian dengan VOC.
[6]
Pada masa kolonial pemerintah
Hindia Belanda, tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi
Gemeente Cheribon dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi
Kotapraja dengan luas 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi
Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.
Pada tanggal 15 April 2011, Kota Cirebon diguncang dengan
bom bunuh diri. Lokasi pengeboman berada di masjid
Mapolresta Cirebon. Pada peristiwa tersebut, pelaku bom bunuh diri tewas seketika, dan terdapat beberapa orang luka parah.
[7]
Pemerintahan
Setelah berstatus Gemeente Cirebon pada tahun 1906, kota ini baru dipimpin oleh seorang
Burgermeester (walikota) pada tahun 1920 dengan walikota pertamanya adalah J.H. Johan. Kemudian dilanjutkan oleh R.A. Scotman pada tahun 1925. Pada tahun 1926 Gemeente Cirebon ditingkatkan statusnya oleh pemerintah
Hindia-Belanda menjadi
stadgemeente, dengan otonomi yang lebih luas untuk mengatur pengembangan kotanya. Selanjutnya pada tahun 1928 dipilih J.M. van Oostrom Soede sebagai walikota berikutnya.
Pada masa pendudukan tentara
Jepang ditunjuk Asikin Nataatmaja sebagai
Shitjo (walikota) yang memerintah antara tahun 1942-1943. Kemudian dilanjutkan oleh Muhiran Suria sampai tahun 1949, sebelum digantikan oleh Prinata Kusuma.
Setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia, pemerintah Kota Cirebon berusaha mengubah citra Kota Cirebon yang telah terbentuk pada masa kolonial Belanda dengan simbol dan identitas kota yang baru, berbeda dari sebelumnya. di mana kota ini dikenal dengan semboyannya
per aspera ad astra (dari duri onak dan lumpur menuju bintang), kemudian diganti dengan motto yang digunakan saat ini. Pada tahun
2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh
Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan
Kota Pekanbaru, hal ini dilihat dari
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat
korupsi pemerintah daerah di Indonesia, kota ini sama-sama mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10, 0 berarti dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 sangat bersih. Total responden yang diwawancarai dalam survei yang dilakukan antara Mei dan Oktober 2010 adalah 9237 responden, yang terdiri dari para pelaku bisnis.
[8][9]
Dalam pembagian administrasi pemerintahannya, Kota Cirebon terdiri atas 5 kecamatan (
Harjamukti,
Kejaksan,
Kesambi,
Lemahwungkuk dan
Pekalipan), 22 Kelurahan, 247 Rukun Warga (RW) dan 1.352 Rukun Tetangga (RT).
Perhubungan
- Lihat pula:Pelabuhan Cirebon dan Stasiun Cirebon
Kota Cirebon terletak di wilayah strategis, yakni titik bertemunya jalur tiga kota besar di Indonesia yakni
Jakarta,
Bandung, dan
Semarang. Semua jenis transportasi itu baik transportasi darat, laut, dan udara saling berintegrasi mendukung pembangunan di kota Cirebon.
Kota Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni
Stasiun Kejaksan dan Stasiun Prujakan. Stasiun Kejaksan berarsitektur khas kolonial Belanda, stasiun ini melayani hampir semua tujuan kota - kota lainnya baik itu kota besar maupun kota kecil di pulau Jawa. Terminal angkutan darat di Kota Cirebon di antaranya terminal besar Harjamukti, letaknya di jalan By Pass Kota Cirebon.
Pelabuhan Cirebon saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan batu bara dan kebutuhan pokok dari pulau-pulau lain di Indonesia. Bandar Udara Cakrabuana merupakan bandar udara di Kota Cirebon saat ini hanya dijadikan sebagai bandara khusus militer.
Di kota ini masih terdapat
Becak khas Cirebon sebagai sarana transportasi rakyat sekaligus sarana untuk wisata keliling kota.
Perekonomian
Gedung Bank Indonesia, salah satu bangunan peninggalan Belanda di Cirebon
Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik
sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor
industri pengolahan, sektor
perdagangan,
hotel dan
restoran, sektor
pengangkutan dan
komunikasi serta sektor
jasa.
Tomé Pires dalam
Suma Orientalnya sekitar tahun 1513 menyebutkan Cirebon merupakan salah satu sentra perdagangan di
Pulau Jawa. Setelah Cirebon diambil alih oleh pemerintah
Hindia-Belanda, pada tahun 1859, pelabuhan Cirebon ditetapkan sebagai transit barang ekspor-impor dan pusat pengendalian politik untuk kawasan di pedalaman Jawa.
Sampai tahun 2001 kontribusi perekonomian untuk Kota Cirebon adalah industri pengolahan (41,32%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%). Sedangkan sektor lainnya (9,26%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.
Salah satu wujud usaha di sektor informal adalah
pedagang kaki lima, Kota Cirebon yang sering menjadi sasaran
urbanisasi memiliki jumlah PKL yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Fenomena ini di satu sisi menggembirakan karena menunjukan dinamika ekonomi akar rumput, tapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan yang serius di sektor ketertiban dan tata ruang.
Perusahaan
rokok multinasional,
British American Tobacco (BAT), merupakan salah satu produsen rokok yang pernah berdiri di Kota Cirebon. Namun pada tahun 2010, guna mengefisiensikan produksinya, merelokasi pabrik di Kota Cirebon ke
Kota Malang.
Kota Cirebon memiliki 12 kompleks ruko, 13 bangunan plaza dan mall serta 12 pasar tradisional.
Kota Cirebon memiliki beberapa pusat perbelanjaan di antaranya
Cirebon Super Block (CSB) berlokasi di pusat Kota Cirebon dengan luas 6.2 ha,
Grage Mall bertempat di Jalan Tentara Pelajar,
Giant Hypermarket terletak di sekitar area Stadion Bima,
Plaza Yogya Siliwangi,
Plaza Yogya Grand Center,
Rajawali Trade Center,
Pusat Grosir Cirebon (PGC),
Asia Plaza,
Surya Plaza,
Carrefour,
Cirebon Mall,
Balong Indah Plaza dan
Ace Hardware.
[10]
Pelayanan umum
Hampir 93 % penduduknya telah terlayani oleh layanan air bersih dari PDAM Cirebon, mayoritas pelanggan air bersih di kota ini adalah rumah tangga (90,37% atau sebanyak 59.006) dari jumlah total sambungan yang ada (65.287).
[11]Kesehatan
Sejak pemerintah
Hindia-Belanda, Kota Cirebon telah memiliki
rumah sakit yang bernama
Oranje, yang diresmikan penggunaannya pada
31 Agustus 1921 dan mulai beroperasi sejak tanggal
1 September 1921.
Pada tahun 2009 di Kota Cirebon telah tersedia sekitar 6
rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21
Puskesmas, 15 Puskemas Pembantu, 20 Puskesmas Keliling, serta 81
Apotik, dan 31 Toko Obat. Dengan jumlah tenaga medis seperti dokter spesialist sekitar 94 orang, dan 116 dokter umum, 37 dokter gigi, 847 perawat, serta 278 bidan.
[12]
Pendidikan
- Universitas Swadaya Gunung Jati
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cirebon
- Cirebon Institute of Computer (CIC)
- IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG)
- STMIK IKMI Cirebon
- STIKOM Poltek Cirebon
- Universitas Muhammadiyah Cirebon
- Universitas Catur Insan Cendekia Cirebon
- Stikes Mahardika Cirebon (STIKma)
- Akademi Keperawatan (akper) Dharma Husada cirebon
- Akademi Kebidanan (akbid) Isma Husada cirebon
- WIT Institute Cirebon
Pariwisata
Sebagai salah satu tujuan wisata di
Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah tentang kejayaan kerajaan
Islam, kisah para wali, Komplek
Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung sekitar 15 km ke arah barat pusat kota,
Masjid Agung Sang Cipta Rasa,
Masjid At Taqwa,
kelenteng kuno, dan bangunan-bangunan peninggalan zaman
Belanda. Kota ini juga menyediakan bermacam kuliner khas Cirebon, dan terdapat sentra kerajinan
rotan serta
batik.
Cirebon mempunyai 4
keraton sekaligus di dalam kota, yakni
Keraton Kasepuhan,
Keraton Kanoman,
Keraton Kacirebonan dan
Keraton Keprabon. Semuanya memiliki
arsitektur gabungan dari elemen
kebudayaan Islam,
Cina, dan
Belanda. Ciri khas bangunan keraton selalu menghadap ke
utara dan ada sebuah
masjid didekatnya. Setiap keraton mempunyai
alun-alun sebagai tempat berkumpul,
pasar dan
patung macan di
taman atau
halaman depan sebagai perlambang dari
Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya
kerajaan Cirebon. Ciri lain adalah
piring porselen asli
Tiongkok yang jadi penghias
dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari
Eropa saat Cirebon jadi
pelabuhan pusat perdagangan Pulau
Jawa.
Kota Cirebon memiliki beberapa kawasan taman di antaranya
Taman Air Sunyaragi dan
Taman Ade Irma Suryani. Taman Air Sunyaragi memiliki
teknologi pengaliran
air yang canggih pada masanya, air mengalir di antara teras-teras tempat para putri
raja bersolek, halaman
rumput hijau tempat para
ksatria berlatih, ditambah
menara dan
kamar istimewa yang
pintunya terbuat dari
tirai air. Sementara beberapa masakan khas kota ini sebagai bagian dari wisata kuliner antara lain:
Sega Jamblang,
Sega lengko,
Empal gentong,
Docang,
Tahu gejrot,
Kerupuk Melarat,
Mendoan,
Sate beber, Mi koclok, Empal asem, Nasi goreng Cirebon, Ketoprak Cirebon, Bubur ayam Cirebon, Kerupuk Udang dan sebagainya.
Tempat-tempat yang layak dikunjungi
Seni dan budaya
Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon antara lain
Tarling,
Tari Topeng Cirebon,
Sintren,
Kesenian Gembyung dan
Sandiwara Cirebonan.
Kota ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya
Topeng Cirebon,
Lukisan Kaca,
Bunga Rotan dan
Batik.
Salah satu ciri khas
batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif
Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti
awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.
Motif Mega Mendung adalah ciptaan
Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang dicirebon, batik motif mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.
[15]
Pers dan media
Kota Cirebon sejak pemerintah
Hindia-Belanda telah menjadi pusat penerbitan beberapa surat kabar, di antaranya
Kepentingan Ra’jat,
Poesaka Tjirebon,
Koemandang Masjarakat. Setelah kemerdekaan Indonesia muncul
Repoeblik. Saat ini beberapa surat kabar yang masih terbit diantaranya :
Radar Cirebon dan
Kabar Cirebon[16]
Seluruh media televisi nasional saat ini telah disiarkan di Cirebon. Selain itu terdapat beberapa stasiun televisi lokal seperti
CIREBON TV,
Radar Cirebon Televisi (RCTV) dan
DAIRI TV
Kota Cirebon memiliki 16 stasiun radio, di antaranya:
- DAIRI 87.6 FM
- G-Radio FM 99,6
- Ci Radio FM 90.2
- Radio Simpati FM 88.3
- Kita FM 105.6
- Prima Sonata FM
- Radio Assunnah FM 92.3
- DBFM 90,8
- PilaRADIO 88,6
- RRI Pro 2 FM 97,5
- Nuansa FM 104,2
- Gita Suara FM 99,1
- Swara Mulya Afrindo Rekatama FM 95,9
- Cirebon FM 89,20
- Ramanda 92,9 FM
- Sindang Kasih 103,6 FM
Galeri kuliner
-
Tahu Gejrot, tahu goreng dengan taburan
gula merah
-
Usus
sapi rebus, "Sup Empal Gentong"
-
Sega Jamblang ("Nasi Jamblang"), hidangan-hidangan untuk menemani nasi yang disajikan di daun
jati
-
Sega Lengko ("Nasi Lengko"), nasi vegetarian dengan
tahu dan
tauge
-
Tempe
mendoan, tempe dilapisi adonan yang digoreng
-
Intip (makanan ringan manis dari beras)
-
Kerupuk Mlarat (harfiah "kerupuk miskin"). Keripik yang terbuat dari tepung
tapioka dan digoreng dengan
pasir panas (bukan minyak).
-
-
Tjampolay minuman legendaris asal Cirebon. Pertama kali dibuat oleh Tan Tjek Tjiu pada 11 Juli 1936.
[17]
Rujukan